Kamis, 21 Juni 2007

P U Y U H

P U Y U H
Oleh : Dr. H. K. Suheimi

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Ungkapan itu tepat rasanya bagi puyuh. Dulu saya tak kenal dan tak tahu serta tak memgerti puyuh, tapi ketika pekan yang lalu seor­ang pasien memberi 200 ekor puyuh berikut sarangnya, barulah saya mengerti. "Cobalah pelihara puyuh ini, pak !". Katanya bersemangat "Nanti bapak akan rasakan betapa banyak faedahnya". "Puyuh ini tak pernah sakit pak, tidak seperti ayam, yang kalau sakit seekor diikuti oleh yang lain, sehingga bisa-bisa sekandang ayam itu musnah, tapi puyuh tak pernah sakit, asal tidak kena hujan" Ulasnya lagi. "Karenanya tidak perlu di suntik dan tak perlu diimmunisassi".Komentarnya, "Dan puyuh ini tiap hari bertelur Pak" cilotehnya dengan bersemangat dan membakar semangat saya yang dilihatnya masih ragu-ragu.


Sejak hari itu, minggu yang lalu saya mulai memelihara Burung puyuh sebanyak 200 ekor didalam sebuah kandang ukuran panjang 120 cm, lebar 90 cm dan tinggi 150 cm, cukup kecil hanya memakai tempat sesudut kecil dari pekarangan. Memang seperti yang di katakannya. Hari pertama puyuh itu bertelur sebanyak 93 buah, besoknya 110 buah dan sekarang rata-rata puyuh itu bertelur sebanyak 128 buah setiap hari. Betapa enak dan asyik memilih telur-telur puyuh sebanyak itu. Lalu saya teringat petuah orang tua-tua dahulu. "Kalau kamu sedang lesu, tak bertenaga, kurang gairah, makanlah telur puyuh". Ternyata telur puyuh itu lezat, tidak berbau anyir dan tidak terasa pahit seperti telur-telur yang lain. Walaupun ketika mentah, separo matang atau waktu di rebus dan di goreng atau di jadikan seperti "bak so" atau di campurkan kedalam sup, ternyata lezat dan gurih. Apa yang di katakan oleh orang tua itu saya rasakan, sewaktu selesai melahap telur puyuh badan terasa lebih kuat, sehat dan segar dengan gairah yang tinggi. Saya ngak tahu zat dan hormon apa yang terkandung dalam telur puyuh, tapi begitulah yang saya rasakan. Apalagi ketika saya saksikan puyuh-puyuh itu tak pernah istira­hat, berlari kesana kemari, sangat lincah , sangat aktif, gesit dan siang malam bergerak, siang malam, makan dan siang malam berkawin, juga ngak pernah sakit-sakitan, kata si pembawa puyuh.

Akhirnya saya tertarik dan suka menyantap telur-telur puyuh. Yang saya rasakan seperti apa pituah orang tua-tua. Disaat semangat kendor, badan letih dan lesu, gairah kerja menurun, maka telur puyuh agaknya dapat membantu dan merubah suasana yang demikian.Yang paling terasa manfaatnya puyuh-puyuh ini adalah untuk anak saya Irdhan yang sekarang sedang duduk di bangku SMP I kelas II. Karena puyuh ini dia yang memeliharanya berdua adiknya Ir­syad. Tiap pagi dia bekerja membersihakan kandang puyuh dan
kotoran puyuh itu di simpannya dalam sebuah lobang selama semi­nggu, kemudian dapat di olah menjadi pupuk yang sangat baik untuk menyuburkan bunga dan tanaman serta bisa pula di serakkan ke dalam kolam sebagai makanan ikan. Dua kali sehari Irdhan memberi makan puyuh dan menambah airnya yang sudah kering. Dan dua kali sehari pula dia memilih telur-telur yang berserakkan di masing-masing sarang puyuh itu. Dengan demikian waktunya terisi. Seka­lian dalam dirinya terbit rasa menyayangi binatang, terutama puyuh. Selalu di monitornya kalau-kalau ada puyuh yang terjepit dan tersepit atau yang tampak kurang sehat. Memang menanamkan rasa sayang pada binatang pada anak-anak perlu, bisa dengan cara dia di serahi tanggung jawab mengontrol dan mengamati hewan piara annya. Di tangannya ada sebuah buku, didalam buku itu tercatat berapa telurnya per hari dan berapa makanan yang di berikan, dan berapa keiuntungan yang di peroleh. Secara tak langsung dia sudah belajar pembukuan sederhana. Yang paling penting saya rasakan adalah waktunya jadi banyak di rumah. Karena untuk anak-anak sebesar Irdhan kelas 2 SMP sampai kelas 2 SMA adalah masa-masa rawan bagi remaja. Dan saya takut kalau ada diantara anak-anak ini yang terperosok kedalam pergaulan yang mengerikan. Maka un­tuknya saya berikan tugas yang mengasyikkan, sekaligus menyenang­kan serta mendatangkan hasil. Ternyata dari penghasilannya dia dapat memmenuhi kebutuhan hari-harinya dan sedikit memenuhi kebutuhabn sekolahnya. Saya cuma ingin mengajarkan hidup mandiri padanya. Terasa benar puyuh-puyuh ini memberikan manfaat untuk pendidikan anak serta mengajar dia jadi pengusaha kecil-kecilan, dari pada dia membuang waktunya secara tak keruan.
Kemarin hati saya gundah, fikiran ini kacau. Maka saya coba menghibur hati ini dengan berdiri di depan kandang puyuh. Dengan menyaksikan puyuh yang berlompatan, berlarian, lincah bergelut sesama teman, dan ada juga yang mencoba terbang. Dan mendengar kokok dan bunyi-bunyi puyuh jantan yang ribut dan menmgasyikan menyebabkan saya terhibur di depan kandang puyuh. Sejenak saya dapat melepaskan kelehan jiwa dan keresahan yang tak menentu. Saya larut meyaksikan permainan-permainan puyuh itu. Cukup lama saya di depan kandang puyuh, dan selepas menyaksikan puyuh-puyuh itu terasa beban yang menyesak itu jadi reda, persoalan makin berkurang dan fikiranpun menjadi jernih. Banyak 'iktibar dan ajaran yang di persdapat dari mengamati puyuh-puyuh. Ternyata puyuh bisa jadi obat stress, ternyata puyuh dapat menghibur disaat tidak menemui hiburan lain. Dan akhirnya saya semakin menyayangi puyuh-puyuh itu. Baunyapun tidak sebusuk bau ayam, dan makannannyapun tidak sebanyak makanan ayam. Merawatnyapun tidak sepayah merawat ayam. Ruangan yang di perlukanpun tidak sebesar kandang ayam. Untuk 200 ekor cukup memakan tempat 90 X 120 X 150 Cm. Begitu umur puyuh itu 41 hari, dia mulai bertelur. Setiap hari dia bertelur sampai umurnya 2 tahun, apalagi kalau dapat makanan Comfeed yang tidak mahal tapi merangsang nafsu makan puyuh dan merangsang keinginannya untuk bertelur setiap hari. Saya tak tahu, mulanya saya tidak mengenal puyuh, tapi setelah memliharanya, ternyata dia sangat bermanfaat. Kadang-kadang timbul keinginan saya mengajak para orang tua yang punya masalah dalam mendidik anak-anak dan punya masalah dalam membayar uang pendidkan anak-anak. Agaknya puyuh merupakan satu alternatif. Dengan sedikit ruang di sudut pekarangan bisa membantu dan menye­lesaikan masalah rumit itu. Juga bagi mereka yang sering menderi­ta stress, agaknya puyuh dapat sedikit meringankan beban dan penderitaan itu. Saya teringat kepada Nabi Sulaiman yang Tuhan telah berikan ilmu mengenai burung-burung ini. Sehingga dengan memanfaatkan burung-burung nabi Sulaiman jadi berjaya dan jadi kaya. Dan semua ilmu yang di peroloeh oleh NAbi Sulaiman adalah dalam rangka bertasbih dan mengingat Tuhan. Dengan demikian nabi Sulaiman selalu dekat dengan Tuhannya. Dan sayapun mengucapkan puji syukur pada Tuhan yang telah memberikan nikamt dan ilmu_Nya melalui puyuh-puyuh ini. Yang jelas saya senang dan saya lega. Puas melihat hasil yang di capai dan di peroleh. Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman Suci_Nya dalam Al_Qur'an surat Al nbiyaa' ayat 79:

"Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum. dan kepada masing-masing mereka telah Kami beri­kan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan
burung-burung. Semua bertasbih bersama Daud. Dan Kamilah yang melakukannya".


P a d a n g 17 Mai 1994

Kepribadian Minang 10

mambantu dunsanak-dunsanak nan di kampuang konon kabanyo dana nan takumpua mancapai jumlah satu milyar alhamdulillah satu pernyataan dari papatah nan mangatokan saciok bak ayam sadanciang bak basi mandapek samo baruntuang kaciciran samo marugi tibo di elok baimbauan tibodi buruk baambauan bukti lagi bahwa nagari lai bapatenggangkan banyak kamanakan, talalu banyak contoh-contoh nan manguatkan bahwa tabang gagak jo itamnyo bajalan urang minang jo adatnyo dimanopun bumi urang dipijak langik urang dijunjuang namun bumi jo langik minangkabau ndak kalupo pernah seorang sarjana sosiologi manyabuik-nyabuik minang dalam desertasinyo untuak mancapai doktor antaro lain baliau mangatokan bahwa urang-urang minangkabau itu kuno, licik dan pelit licik itu caro awaknyo galia ma, pelit artinyo sampilik, ceke mandanga kato-kato nan tak lamak dari si sarjana nan bukan minang itu urang awak heboh bak labah tahoyak sarang tasingguang bana puncak kadanyo berang, banci, kutuak sumpah sarapah babaua manjadi satu macam-macam reaksi urang waktu itu dari golongan intelektual ado nan manantang badebat di forum resmi utang-utang hukum mangatokan bisa dituntuik di pengadilan karano itu penghinaan politikus manilainyo SARA mangancam kerukunan dan kesatuan nasional para remaja berkomentar paja tu sakik hati ka pamuda minang sabab cintonyo ditulak nan pareman manggaregak dan sado laki-laki dilapuak muncuang paja tu dan lain sabagainyo akhirnyo dengan babarapo partimbangan masalah ko didiamkan sajo nah terlepas dari persoalan dari hargo diri sabab barang nan dicintoinyo di cacek urang, seolah-olah urang awak ingin mangatokan raip raite orong my country kok rancak kok buruak nagari den manga-manga ka kau kiro-kiro baitulah, angku-angku dunsanak pandanga berpedoman kapado kenyataan nan kito kamukokan tadi dapeklah kito tariak kesimpulan bahwa image nan mangatokan bahaso urang minang marantau adolah palarian menyingkirkan diri dari struktur masyarakat nan tak manusiawi atau marupokan pambarontakan adat tarnyato bohong samo sakali suatu persangkaan nan tak punyo dasar urang laki-laki di minangkabau ndak pernah mengeluh apolai mambarontak inyo indak maraso dirugikan malah sabaliaknyo maraso bangga dan bahagia kalau dikana dipikia-pikia baitu sarek tugas nan disandangnyo tugas sebagai ayah sebagai mamak, sebagai putra daerah nan bagi urang lain mustahil ta angkek sakaligus mako akan timbul pertanyaan resep apo nan dibarikan dan baa caro mamparsiapkan fisik stamina dan mentalnyo sahinggo sanggup manjadi supermen macam itu jawabnyo iyolah mereka digodok di pusdiklat adat, apo pulo itu pusdiklat adat.