Senin, 04 Juni 2007

Panik

P A N I K
Oleh dr.H.K.Suheimi
Lewat tengah malam Rumah Sakit Bunda di gedor-gedor dengan keras. Petugas terkejut dikira ada pasien Gawat. Ternyata tek Rapinan berombongan tiga mobil , semuanya terlihat panikm bergegas menyuruh semua petugas mengungsi ke Indarung. Karena air laut telah tumpah mengenangi Padang. Di Ulak karang saja air sudah selutut. Dengan bergegas mereka tancap menuju Indarung. Bersamaan dengan itu, tiba2 rombongan manusia laki-laki perempuan, anak0anak dan orang gaek masuk ke Rumah Sakit minta di selamatkan mau pergi ke lantai 3 karena air laut menerjang Padang.
Dari mensjid dengan corong dan pengeras suara ada pengumuman bahwa air laut sudah melimpah ke kota Padang diharap warga meninggalkan rumah mencari tempat ketinggian.
Prangpun berhamburan, Yang pakai mobil menancap mobilnya, sambil emmbunyikan klason. Larut malam itu jadi hiruk pikuk. Saya lihat kerumanan orang beerlari dari samping sma 3, Ada yang mengendong bayi terbirit-birit. Ada orang tua di papah pokoknya lari dan mengunsgsi, kita evakuasi ke Indarung.
Dengan langkah yang tergesa0gesa setengah berlari, dengan raut wajah yang kecemasan dan ketakutan, seperti yang kita lihat dalam tayanagan TV, Semua takut semua bingung kemana hendak lari.
Entah dari mana ada saja truk-truk yang membawa mereka di tenagah malam buta itu. Berrtumpukan mereka di dalam bak terbuka, Ingin lari ingin manjauh dn menyelamatkan diri. Seakan-akan ombak sudah ada di belakangnya. Ada yang berteriak Tsunami-Tsunami..
Sayapun tak habis pikir, siang tadi saya baru menulis tentang Tsunami. Tsunami itu baru muncul setelah gempa besar. Dan ada air surut seperti terlihat dasar laut. Kemudian di butuhkan waktu dua jam untuk datangnya ombang dan gelombang yang besar.
Kok malam ini aneh, kata saya dalam hati. Cuaca cerah, bulan mengintip dari balik awan yang tipis. Angin tidak badaipun bukan. Gempat tak terasa sedikitpun, masakan Tsunami bisa tiba?. Tapi kata istri saya semua itu mungkin saja. Dia mulai membuka Al Qor'an dan menyenandungkannya. Sayapun ambil wudhuk, ada kesempatan melakukan shalat Tahjud 11 rakaat.
Selesai shalat Tahjud saya panggil Ida yang dapat berita pertama. Ida meyakinkan bahwa tek Pinan itu tinggal di pinggir laut di Ulak Karang dan dia yang mengatakan air sudah selutut, tapi di hati saya tetap khawatir.
Mala itu juga saya telepon kenalan yang tinggal dekat tepi pasir di Purus. Dia tersentak , kerna tak biasa saya menelepon kesana, tengah malam buta lagi. Dari orang purus inilah saya tahu bahwa tak ada apa-apa, bahkan nelayan tetap melaut. Betul pak katanya lagi , Barysan ada telepon dari Famili di B Sangkar yang menanyakan bagaimana di Purus?, sebab kata mereka yang dari Batu sangkar itu, Air sudah memenuhui Naras.
Oh betapa cepat nya berita itu sampai ke B Sangkar dan betapa mudahnya isu menjalar.
Tiba-tiba masuk telp dari Painan, yang mengatakan semua penduduk Painan telah diungsikan, Air laut naik menggenagi rumah-rumah.
Isu lagi Isu lagi, di malam buta itu isu mudah sekali beredarnya.
Saya berusaha menelpon kenalan-kenalan saa bahwa itu isu, tapi ternyata semua kenalan saya sudah meninglkan Rumah menuju Indarung. Semua tempat semua rumah dan semua orang panik berlari dan menuju Indarung. Yang rumahnya bertingkat juga lari, katanya menyelamatkan mobil, supaya jangan terendam air laut.
Pagi hari saya dapat telp dari Dt Meiti, malam itu dia pergi ke indarung, Tapi sampai lb Begalung tak bisa bergerak lagui, maju tak bisa mundur tak bisa, berputarpun tak bisa. Dia terkurung dalam lautan Mobil. Waktu di stelnya radio baru dia tahui bahwa semua itu isu, tapi untuk kembali tak mungkin, Kendaraan itu ternyata sejak dari Indarung sampai ke simpang alai macet total. Subuh baru dia sampai dirumah/
Panik, dalam keadaan panik fikiran waras kita tertutp, orang tak rasinal lagi. Dia di jantui dan di bayangakan oleh ketakutan dan kengerian/ Sehingga andaikan ada orang yang mengatakan bahwa tak ada apa-apanya justry mereka tak percaya. Dia berfikir menurut perasaan yang sedang menghantuinya/
Tak seorangpun yang berpakain rapi, pakaian hanya seadanya saja, berserakserak, berhondoh pandoh. Bayangan ketakutan dan bayang kengerian. Wajah-wajah kecemasan. Itulah yang dapat saya rekam. Cuma dalam hati saya berfikir, kenapa dalam ke panikan itu orang tak mencoba diam sejenak, mendekatkan diri Kepada_Nya? Yang saya rasakan setelah melaksanakan shalat Tahjud Allah menunjukkan fikiran yang jernih, sehingga beliau mencarikan jalan. Jam 2 30 saya telah tertidur kembali walaupun dil;uar suara drum dan klason mobol masih bersahut0sahutan dari orang yang panik
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman suci_Nya dalam Al-Qur'an

Tidak ada komentar: