Rabu, 06 Juni 2007

P a d i

P A D I

Oleh : Dr.H.K.Suheimi


Bak ilmu padi kian berisi kian runduk, selalu merendah diri tidak sombong. Merunduk pelambang tidak angkuh dan tidak sombong. Merunduk agar orang mudah memetiknya dan tidak terluka oleh daunnya. Kalau sudah berisi dan sudah masak ia ingin di petik dan ingin di tuai. Lalu dia merunduk dan merendah agar orang mudah memanennya agar orang mudah memetik hasilnya. Merunduk berarti padi rela untuk di petik. Padi rela untuk di sabit. Semakin berilmu seseorang semakin merunduk dia semakin ingin ia agar ilmunya itu di petik dan di sebar luaskan. Ilmu akan bertambah kalau dia di berikan. Dan untuk memudahkan orang lain memetik dan menimbanya dia merunduk, menandakan dia suka di petik dan dia suka di timba.

Ketika saya belajar ilmu konseling. Satu hal yang diajarkan dan sangat berkesan ialah. Kalau kita berbicara dengan konseli atau dengan orang lain rundukkanlah sedikit badan kearah orang tersebut. Dengan merundukkan badan kearah orang lain melambangkan kita suka akan kedatangannya dan kita bersedia untuk menolongnya "What can I do for you" Adakah sesuatu yang bisa ku perbuat untuk mu, aku ingin membantumu. Merundukkan badan sedikit perlambang kita ada respek dan kita ada perhatian pada orang lain. Dengan adanya perhatian itu, maka orang yang datang merasa di perhatikan dan di pedulikan, dan orang lain itu merasa dekat dan akrab dengan kita. Maka curahan perasaan dan emosi serta curahan perkataan akan mengalir dengan lancar. Keakraban akan terjalin, terasa kesediaan kita untuk diminta dan kesediaan kita untuk di timba.

Merunduk berarti kita mendekat, mendekat berarti dekat di mata dan dekat di hati. Mata adalah pelita hati, dari mata turun kehati. Maka "kontak mata harus selalu di pertahankan", kata guru saya ketika memberikan pelajaran konseling. Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun kekali. Dari mana datangnya cinta, dari mata jatuh ke hati. Merunduk dan bertatapan mata akan melahirkan rasa cinta dan menimbulkan rasa ingin menolong. Orang yang lebih, orang yang tinggi dia akan merunduk untuk dapat meringankan beban dan derita orang lain. Bak ilmu padi kian berisi kian runduk.

"Sekali-kali jangan kau tarik atau kau busungkan dadamu ketika berhadapan dengan orang lain. Jangan tinggikan kepalamu dan suaramu" Kata guru saya. Karena dengan menarik badan, berarti kita menjauh, dengan membusungkan dada terkesan menyombong. Maka kalau kita menjauh berarti tak mau di dekati, orang lainpun akan menjauh dan akhirnya kita tak bisa dekat dengan orang lain, komunikasipun akan tersendat-sendat. Menarik badan berarti kita menjauh dan menciptaan jurang pemisah dengan orang lain, nanti kitapun kan terpisah dan tersisih dari pergaulan hidup.

Tak jarang kita lihat, apabila seseorang mulai berpangkat, maka semakin tingi pangkatnya, semakin berubah gayanya, semakin banyak tanda-tanda kebesarannya, semakin busung dadanya, semakin besar hidungnya dan semakin congak kepalanya. Berat baginya merunduk dan berat baginya mendekat, serta sulit di dekati. Harus orang lain yang tunduk padanya, harus orang lain yang hormat dan harus orang lain yang menyapanya "Tabik tuan..". Yang berkepentingan kan bukan aku, yang berkepentingan kan dia.

"Harum baumu si bunga tanjung", kata sebuah lagu. "Harum semerbak diwaktu pagi. Tinggi pangkatmu bagai dianjung. Ingatlah ingat jatuh ke bumi"
Memang semakin tinggi kita dianjung, semakin sakit jatuh ke bumi. Saat-saat jatuh tidak kan lama, sebagaimana jabatan yang dipegangpun tak akan lama. Kalau ketika diatas tak terbiasa merunduk, maka betapa sulit nanti kalau sudah jadi orang biasa juga payah merunduk. Betapa pedihnya, kalau kita tiba orang berjalan.
Kita datang orangpun pergi dan melengah.
Pangkat adalah amanah, jabatan adalah kepercayaan yang dilimpahkan. Semakin tinggi pangkat seseorang dan semakin besar jabatan yang di pikul, semakin besar tanggung jawab seseorang dan semakin dekat dia pada Tuhan. Orang yang bersyukur adalah orang yang menjalankan amanah. Di pundaknya terpikul beban dan pekerjaan yang berat untuk menolong dan meringan beban serta penderitaan, orang-orang kecil bawahannya. Semakin berat beban yang dipikul seharusnyalah semakin runduk si pemikul. Jangan sampai yang diatas memijak dan memeras yang di bawah. "Hati-hati yang diatas" kata sebuah pepatah. "Yang dibawah koknyo menghimpit". Ya, adat kita mengatakan yang akan menghimpit kita itu bukan orang diatas.
Jatuh dan terhimpitnya seseorang di sebabkan oleh hal-hal kecil atau oleh orang-orang yang di bawahnya. Yang diatas biasanya adalah payung. Payung berfungsi memayungi dan melindungi yang bernaung di bawahnya. Biar dia kena hujan atau terbakar oleh teriknya matahari, asal orang dibawahnya terlindung.
Untuk itu saya teringat akan sebuah Firman Suci_Nya dalam al-Qur'an surat Al-Mu'minun ayat 88: "Katakanlah olehmu "Siapakah yang menguasai segala sesuatu dengan penuh kekuasan_Nya? Yang melindungi dan tidak ada yang dilindungi (dari azab_Nya) jika kamu tahu".


P a d a n g penghujung Agustus 1995

Tidak ada komentar: