Senin, 18 Juni 2007

PENANTIAN PANJANG SEORANG IBU

PENANTIAN PANJANG SEORANG IBU
Oleh dr.H.K.Suheimi

Kisah ini dimulai dari seorang pengemis wanita dengan seorang bayi perempuan berusia 1 tahun ,, tidak seorangpun yang tahu nama aslinya , tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya , yaitu bahwa ia bukan penduduk asli di situ , melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya,, Tapi suaminya pergi entah kemana , dan tak pernah lagikembali ,,

Pada suatu hari , tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik , ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja,, Dan itu membuatnya terpaksa untuk meninggalkan anaknya di puing-puing sebuah toko , dimana ia tidur beberapa waktu ini ,, ia berpesan pada anaknya , agar ia tidak berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak di tempat,,

"Nak ... dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu , dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita" hibur wanita itu,,

Dengan langkah yakin ... wanita itu pun berangkat ... dan meninggalkan anaknya sendirian ,, Tapi ... selang berapa lama ia pergi , ada sepasang suami istri pengemis menculik gadis cilik itu dengan paksa , dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota, dan menjualnya pada pasangan suami istri dokter yang kaya , yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun,,

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona , di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa ,, Dan pada umurnya yang ke-24 , Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita , dan sedang menyelesaikan gelar dokternya,, Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda , tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang bernama Geraldo,,

Setahun setelah perkawinan mereka , ayahnya wafat,, Dan menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27 , suatu hal terjadi yang merubah kehidupan wanita itu,, Pagi itu Serrafona membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi , dan di laci meja kerja ayahnya ia melihat selembar foto seorang anak kecil yang digendong sepasang suami istri,, Selimut yang dipakai untuk menggendong anak itu lusuh , dan anak itu sendiri tampak tidak terurus , dan sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang,,


Kemudian ia membuka lemarinya sendiri , dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni, yang didalamnya terapat seluruh barang-barang pribadinya , dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi,, Tapi di antara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil , sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana dan bukan emas murni,,

apa yang ditemukannya pagi itu , seolah menjawab semua pertanyaan- pertanyaan yang selama ini mengungkungnya , seperti ...kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya , dan mengapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya,,

Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna , foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian di seluruh negeri,, Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu , Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan , kantor surat kabar dan kantor catatan sipil ,,

Meski ... belum ada perkembangan , ia tetap yakin bahwa ibunya masih ada , dan sedang menantinya sekarang,, Pagi siang siang dan sore ia berdoa agar bisa bertemu dengan ibunya,,

Hingga disuatu senja , mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya , tanpa membuang waktu , mereka terbang ke sebuah rumah kumuh , sekali melihat , mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu , yang kini terbaring sekarat , adalah wanita di dalam foto,, Dengan suara putus-putus , wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu,, Tidak banyak yang diingatnya, tapi ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan di mana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya,,

Dua hari lewat tanpa kabar , dan padahari ketiga mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka , yang mengatakan bahwa ia telah menemukan ibu serafonna, tapi harus waktunya mungkin tidak banyak lagi,,


Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi , dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin,, Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam ,, Satu , dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan,,

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil , dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat , ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja".

Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil , dan angin yang penuh derita bertiup berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka,,

Ketika mereka masuk belokan terakhir , tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat,, Jalan itu bernama Los Felidas , di tengah-tengah jalan itu terbaring seorang wanita tua dengan pakaian kumuh dan tubuh yang tidak bergerak,,

Melihat hal itu , pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun , suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar , memburu ibu mertuanya,, "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup , tapi kamu harus menguatkan hatimu.",,

Serrafona memandang tembok dihadapannya , dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ,, Ia memandang lantai di kakinya dan ingat ketika ia belajar berjalan ,, Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat,,

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya sambil berkata
"Ya ... Tuhan beri kami sehari saja , biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia,,

Wanita tua itu ... perlahan membuka matanya dan memandang keliling , ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente , ke arah mobil-mobil yang mengkilat , dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda,,

Mendengar suara itu , ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak , kini menjadi kenyataan,, Ia tersenyum , dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas,,

Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam,, Serrafona mengangguk , dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya,,

"Mama... saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari,, Mama jangan pergi dulu ,, Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama ,mama ingin makan , ingin tidur , ingin bertamasya , apapun bisa kita bicarakan,, Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah , ia berdoa lagi kepada Tuhan, "Ya Tuhan Yang maha pengasih dan pemberi , Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja.....",,

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi , sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu,, Hanya senyum itu , yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia,,,

Tidak ada komentar: